Penanggulangan Pemberantasan Buta Aksara

Penanggulangan Pemberantasan Buta Aksara

September ini masih ada sekitar 6,17 juta orang dewasa di Indonesia yang buta aksara. Presentasi terbanyak ada di Papua.

Indonesia didorong untuk menyelesaikan pemberantasan buta aksara pada tahun 2015. Komitmen Indonesia dinilai dunia sudah cukup pesat dalam menurunkan jumlah penyadang buta aksara. Ada dua provinsi yang tuna aksaranya di atas 10% yakni Nusa Tenggara Barat dan Papua. Selain itu, ada enam provinsi yang memiliki penyandang tuna aksara 5,0-9,9% dari jumlah penduduk yakni Bali, Kalimantan Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Barat.

Sebenarnya anggaran pendidikan formal dipandang sangat besar tetapi tidak seimbang dengan kebutuhan masyarakat. Sebagai contoh yaitu tahun 1971 tercatat ada 25.100 tenaga pendidik di sekolah yang komprehensif dengan perbandingan guru murid adalah 1:24. Diluar kota kondisi pendidikan masih sangat menyedihkan. Buta akasara dan lupa aksara merupakan masalah yang sangat gawat, lebih-lebih karena 33% dari lulusan sekolah dasar. Apalagi dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang setiap tahun semakin meningkat.

Dengan demikian buta aksara merupakan salah satu persoalan dari sekian banyak persoalan yang harus dipecahkan. Hal ini dapat diatasi dengan membuka sekolah-sekolah formal di desa. Bukan hanya itu program yang sangat strategis adalah dengan adanya pemasyarakatan budaya masyarakat/mendirikan taman baca masyarakat. Program ini merupakan prioritas utama PNF karena buta aksara erat kaitannya dengan kebodohan, keterbelakangan, kemiskinan, ketidakberdayaan.  Kegitan dan program pendidikan nonformal sejak tahun 1946 dan mempunyai tugas yang pertama untuk memberantas buta huruf.

Pemerintah perlu menyususn strategi pendidikan yang baru serta melaksanakan program pendidikan pendidikan non formal. Program pendidikan nonformal pertama dilaksanakan dalam bentuk usaha pemberantasan buta aksara sebagai usaha mengatasi masalah kebodohan bagi sebagian penduduk di daerah pedesaan. Program ini merupakan program dasar pendidikan nonformal yang mempergunakan pendidikan formal sebagai dasarnya.

Jadi, warga belajar dapat memperoleh apa saja yang dipelajari oleh murid-murid Sekolah Dasar. Disini warga belajar juga diberikan mata pelajaran matematika, pancasila, sejarah, pendidikan kesehatan, membaca, menulis dan keterampilan-keterampilan lainnya. Disamping itu ada pelajaran pancasila. Didalam mata pelajaran pancasila kita tidak hanya mengetahui kelima sila tersebut tetapi kita harus mengamalkannya.

Pendidikan nonformal dalam menjalankan programnya harus berlandaskan terhadap kelima sila tersebut yaitu :

Ketuhanan Yang Maha Esa

Memberikan arah kepada pendidikan luar sekolah untuk membina dan mengembangkan sikap dan perilaku peserta didik sebagai insan indonesia yang memiliki jasmani dan rohani yang sehat. Serta memiliki keyakinan yang kuat dalam beragama dan dapat menerapkan nilai-nilai agama dalam sikap dan perilaku.

Kemanusiaan yang adil dan beradab

Pendidikan luar sekolah memiliki landasan untuk terbinanya insan indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, seperti moral, interaksi manusia. Dan melatih kepada masyarakat khususnya anak-anak agar dapat berinteraksi dengan baik.

Persatuan indonesia

Memiliki cinta tanah air, rela berkorban, tidak membeda-bedakan bahasa, ras, suku. Jadi kita semua ini bangsa indonesia. Memiliki rasa bertanggungjawab terhadap pembangunan masyarakat dan bangsa.

Kebijakan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

Memberikan landasan untuk berorientasi  pada kebutuhan dan kepentingan masyarakat dan juga memiliki sikap demokratis. Kebijakan yang dilakakukan itu sesuai dengan apa yang ada di masyarakat.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia

Menumbuhkan dan mengembangkan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan aspek kehidupan. Yaitu kita harus menyediakan kebutuhan apa yang diperlukan oleh rakyat agar mereka dapat melakukan kegiatanya dengan lancar dang membuahkan hasil. Seperti dalam program pemberantasan buta aksara ini kita harus memfasilitasi apa yang harus dipersiapkan dalam pembelajaran tersebut, sehingga setiap murid dapat menikmati fasilitas tersebut.

Jadi, selain pendidikan formal pendidikan nonformal memiliki peran yang sangat penting dalam pemberantasan buta aksara. Pemberantasan buta aksara harus dimulai sejak dini yaitu seperti anak-anak PAUD, tetapi apabila masyarakat yang buta aksara sudah memasuki usia dewasa maka perlu dibentuknya program taman membaca masyarakat. Disini pendidikan non formal hanya sebagi pelengkap dan pengganti pendidikan formal.

Posted in: